Sabtu, 25 Juni 2016

Semester Dua

Mengarungi samudera kehidupan

Kita ibarat para pengembara

Hidup ini adalah perjuangan

Tiada masa tuk berpangku tangan

(Shoutul Harokah)

                Ku arungi samudera kehidupan, ku menyelam hingga dasarnya, dan ku temukan apa itu sebuah perjuangan. Aku mengembara dari tiap sudut kehidupan, hingga ku temukan betapa indahnya sebuah keberagaman. Aku berjuang di tengah waktu yang kian berlari kencang agar ku dapat menemui titik akhir dari sebuah perjuangan. Ya perjuangan yang diawali dengan sebuah pengorbanan.
                Semester ke-2 yang penuh arti. Walaupun ku sering meraibkan diri dari sebuah lembaran yang bernamakan presensi. Ku dapati teman-teman yang semangatnya membara api. Hingga ku berfikir apa manfaatnya diri ini?
                Banyak ku temukan orang-orang yang berbaik hati dan budi pekerti. Tapi jarang kutemukan orang-orang pemberani yang peduli. Aku teringat sebuah kata dari orang bijak bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Dan aku pun langsung teringat perkataan Ali bin Abi Thalib RA bahwa kejahatan itu ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik.
                Di semester ke-2 ini aku belajar banyak dari sebuah pengalaman. Pengalaman yang ku dapati dari orang-orang hebat di sekelilingku. Di tengah mata kuliah yang padat dan materi yang ku bilang sangat rumit, ternyata banyak kutemui segelintir orang-orang pemberani yang peduli. Mereka yang rela berpanas-panasan menulusuri jalan dan sudut kota demi tersampaikannya sebuah amanah bangsa. Namun amat disayangkan ketika perjuangan mereka banyak dicemooh dari berbagai pihak tidak hanya pihak kiri, namun juga pihak kanan. Aku mengerti bahwa setiap orang mempunyai persepsi, ya tapi persepsi itu hanya untuk dirinya sendiri bukan untuk menghalangi perjuangan suci ini. Dulu pun aku ada di posisi mereka yang apatis, yang menganggap bahwa itu hal sia-sia. Namun di semester-2 ini aku pun paham bahwa itu bukan hal sia-sia tapi suatu hal yang mulia. Mereka beranggapan cari ini salah. Cara ini sama saja menjelekkan pemerintah dan dalam agama ini tidak boleh. Aku paham apa yang mereka bicarakan, dan aku juga dulu berfikiran yang sama dengan mereka. tapi aku tahu mereka berkata demikian karena mereka belum mengenal langkah perjuangan ini sama seperti diriku dulu. Saat di semester-2 ini aku akhirnya mengerti bahwa cara mereka sebelum turun tidak seburuk apa yang dicemoohkan. Sebelum mereka turunpun mereka telah melakukan perizinan, dan negosiasi pun dilakukan baik-baik. Untuk apa bermai-ramai? Pertanyaan ini pun tak jarang terlontarkan. Ya karena bermai-ramai adalah suatu bentuk dukungan bahwa hal ini tidak main-main. Dan dengan bermai-ramai adalah suatu langkah untuk membangun opini bahwa kita mempunyai hak untuk menyalurkan pendapat seperti halnya UUD Pasal 28E. Dan yang ku kagumi dari sebuah langkah perjuangan ini, aku baru baru tahu sebelum mereka turun mereka tak hanya mempersiapakan argumen yang kuat tapi juga asupan rohani yang kuat. Ku perhatikan orang-orang hebat di sekelilingku yang melakukan sholat Dhuha sebelum turun memohon doa dengan begitu khusyuk, tak hanya itu tak jarang ku lihat mereka membuka lebaran mushafnya seolah melihat intruksi dari RabbNya. Saat di tengah perjuangan pun ku teringat syuhada Badr yang senantiasa mengingat RabbNya, mereka pun tak lupa sholat awal waktu ketika adzan telah dikumandangkan walaupun mereka harus berjamaah di tengah jalan. Dari sinilah aku mulai mengenal langkah perjuangan. Dan aku pun layak menyebutnya langkah perjuangan suci.
Dalam Al-Quran pun telah disampaikan sebuah kisah Nabi Musa AS dengan Fir’aun, yang di mana Fir’aun terkenal dengan ‘malikan zhaaliman’ pada masanya. Allah pun mengintruksikan pada Nabi Musa dalam ayat Cintanya surat An-Nazi’at : 17
إِذْهَبْ إلَى فِرْعَوْنَ وَإِنَّهُ طَغَى ﴿١٧﴾
“Pergilah engkau kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melewati batas.” (An-Anazi’at : 17)
Dari ayat ini mengajarkanku bahwa kita sebagi manusia juga perlu mengingatkan ‘Raja’ kita. Zaman semakin berkembang, dan kita bukanlah nabi musa yang Allah berikan sebuah mukjizat. Cara pun banyak yang dapat kita lakukan. Bisa duduk di parlement, mengirim surat, membuat petisi, sampai melakukan aksi. Dalam hal ini pun semua teratur sesuai batas-batasnya tak seperti pemberitaan media yang selalu mencoreng langkah perjuangan ini. 

Dalam hadits Rasulullah SAW juga menjelaskan,  dari Abu Said Al-Khudri r.a berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: 

من رأى منكرًا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, sekiranya dia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan sekiranya dia tidak mampu (juga), maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah keimanan.” (Riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya dari hadis Abu Said r.a). 

Negara kita adalah negara demokrasi, di mana rakyat mempunyai kehendak tertinggi. Kita tidak bisa merubah sistem hierarki yang telah ditetapkan. Islam turun sebagi rahmat untuk semesta alam. Islam turun untuk mengatur hidup kita agar kita terarah. Karena Allah juga telah menyampaikan pada kekasihnya sebuah pesan kita cinta untuk kita dalam QS. Al-Baqarah  208 :
يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَآفَّةً ۖ
“ Wahai orang-orang beriman masuklah ke dalam islam secara keseluruhan...” (QS. Al-Baqarah : 208)
Dari ayat ini pun Allah memberitahu kita bahwa dalam kehidupan masukkanlah ajaran-ajaran islam di dalamnya secara menyeluruh. Menyeluruh di sini mayoritas ulama menjelaskan bahwa dalam hidup itu tuntunan kita adalah Al-Quran dan Hadits. Dalam setiap aspek kita harus menyelipkan nilai-nilai islam di dalamnya. Baik dalam aspek ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Islam mengatur kita untuk dapat mencapai kesejahteraan dalam hidup.
Aku pun tersadar kembali akan urgensi ayat cinta-Nya pada QS; Al-Baqarah 30 :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَللآئِكَةِ إِنَّيْ جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسَدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُلَكَ ۗ
 أَعْلَمُ مَالاَ تَعْلَمُوْنَ  قَالَ إِنِّيْ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, ‘apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman: ‘sungguh aku mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:30)
Ayat ini pun memeberitahu kita bahwa sesungguhnya kita adalah seorang pemimpin minimal untuk diri kita sendiri. Semester-2 inilah aku menyadri bahwa begitu pentingnya berorganisasi. Rasulullah pun bersabda bahwa “sebaik baik manusia adalah yang paling memberi manfaat bagi yang lain”. Di semester-2 inilah aku belajar memimpin diriku sendiri mulai mengatur waktu belajar, berorganisasi, berdakwah, dan berbakti. Walaupun ku yakin belum sepenuhnya totalitas tapi seiring berjalannya waktu tekad itu akan ku bulatkan. Aku pernah mendengar sebuah kata dari orang hebat di sekitarku, bahwa kita tidak bisa memangkas waktu kita untuk ibadah, kita tidak bisa memangkas waktu kita untuk belajar, kita tidak pula bisa memangkas waktu kita untuk berdakwah, kita tidak pula bisa memangkas waktu kita untuk berbakti pada ke dua orang tua kita, namun, hanya satu waktu yang dapat kita pangkas yaitu waktu tidur dan istirahat kita. Ku teringat sebuah status FB temanku yang mengingatkan bahwa sejatinya termpat istirahat kita yaitu ketika kita telah pulang ke surga. Dan aku pun teringat sebuah motto hidup dari seorang Ketua BEM Fakultas bahwa berlelah-lelah lah dirmu, karena tidur yang paling nyenyak adalah saat kau lelah. Dan ini telah ku buktikan disaat lelah ternyata tidur itu begitu nikmat.

Di semester-2 inilah aku belajar menjadi seorang legislator yang katanya gabut tidak ada kerjaan yang jelas. Perlu diketahui legislatif adalah badan yang bekerja tanpa diketahui bahwa ia bekerja. setelah ku ikuti pelatihan legislatif ternyata menjadi seorang legislator itu begitu berat. Ia bekerja sebagai perwakilan mahasiswa. Ia menjalankan 4 fungsi yaitu konstitusi, budgeting, aspirasi, dan pengawasan.
Semester-2 yang mengajarkanku untuk memulai sebuah pengalaman baru. Pengalaman yang akan ku petik ibrah di dalamnya untuk ku ceritakan dan ku ajarkan nanti pada anakku. Pengalaman yang mengajarkanku betapa pentingnya sedetik waktu. Pengalaman yang menamparku bahwa amanahku sesungguhnya adalah menuntut ilmu maka dari itu aku harus belajar membagi waktu. Mentorku berkata janganlah minta Allah untuk meringankan pundak kalian, tapi mintalah wahai Allah kuatkanlah pundak kami.
Karena Allah telah memotivasi kita dalam ayat cintaNya QS, Muhammad 7 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 7)
Ayat ini seolah olah menjadi reminder bahwa ketika kita meolong agama Allah, akan Allah akan menolong kita. Dan aku berharap ayat ini bisa menjadi acuan sebagai penyemangat bahwa Allah akan menolong IP kita dan kelulusan kita. Aamiin. Janji Allah Ini pun telah ku saksikan diantara  orang-orang hebat di sekelilingku yang telah Allah teguhkan diri mereka.

semester-2 ini telah membuka wawasanku untuk tidak mengotal-kotakan sesiatu, tapi jadilah lingkaran yang menyambung segala sesuatu.

Tulisan ini ku tulis untuk mengisi waktu liburku, guna ketika aku sampai pada masa futur aku dapat membacanya kembali sebagai penyemangatku. Semoga Allah ridho dengan aktivitasku selama di semester-2 ini. terimakasih kepada saudari-saudari baru ku, serta kakak-kakak tangguh di belakang sana yang telah memberiku pelajaran berharga ini. dan terimakasih yang telah meluangkan waktunya untuk membaca ocehan baru liburanku kali ini. semoga manfaat yang ada pada tulisan ini bisa menjadi pemberat timbangan amalku nanti.

See you on the next my write~
Wassalaamu’alaikum~

Senin, 25 Januari 2016

Tangisanku, Terbayar.


Assalaamu’alaikum sobaat, semoga kabar baik selalu kudengar tentang kalian. 6 bulan sudah aku menjalani aktifitas baruku setelah aku lulus dari sekolah bercirikan putih abu-abu itu. Berawal dari perjuangan ku melawan monster bernama Ujian Nasional, kemudian mengejar Test Masuk Universitas impianku LIPIA, dan sampai akhirnya aku menginjakkan diri di kampus hijau tertjintah. Aku sangat yakin akan janji Allah dalam Surat CintaNya, QS Al-Baqarah: 216 :

“ .....boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu , padahal itu tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak.”

4 Mei 2015 hari yang ku tunggu-tunggu karena tanggal itu adalah tanggal aku pertama kalinya menginjakkan kaki ku di lipia. Tepat pukul 05.30 pagi aku dan salah seorang teman ku memberanikan diri untuk mencoba mendaftar di kampus idaman itu. Segala berkas sudah kupersiapkan, mulai dari skck, tazkiyah, transkip nilai rapot, kecuali ijazah. Karena saat itu ijazah kelulusanku belum keluar. Dengan PD nya aku melangkahkan kaki ku masuk Lipia. Seorang satpam perempuan berhijab menyapaku, “Assalaamu’alaikum mba, ingin mendaftar kuliah disini, sebelum masuk boleh saya periksa tasnya?”  “wa’alaikumussalaam, ohh iyaa silahkan ibu..” jawab ku sambil tersenyum. Setelah tas ku diperiksa aku dipersilahkan masuk gerbang. Maa Syaa Allah... ternyata aku kalah cepat. Pukul 6 pagi kampus idaman itu telah dipenuhi akhwat sholihah yang ingin mendaftar pula. Antrean sangat panjang. Banyak wanita bercadar, banyak yang hijabnya panjang. Ku lirik diriku, dalam hati kecilku berkata, semoga aku bisa seperti mereka. aamiin. Mereka menyapaku ramah. Salah seorang wanita bercadar dari mereka membuka obrolan dengan ku, “assalaamu’alaikum ukhti ingin mendaftar juga?” “iya ukh” jawabku sedikit minder. “Ukhti orang jakarta kah? Apa ukhti dari ma’had?” tanya ku pada wanita itu. “na’am ukhti.” Jawabnya sambil tersenyum. Lalu ia bertanya balik padaku, sama seperti pertanyaanku. Aku pun menjawab bahwa diriku berasal dari Jakarta dan aku bukan lulusan Ma’had. Aku pun spontan curhat kepadanya bahwa aku tak yakin ingin bisa masuk kampus ini. Ia pun tersenyum, dan menjawab tenang saja ukhti yakinlah Allah tau yang terbaik. Ku balas senyuman dalam hati ku berteriak aamiin.
Tiba-tiba antrean terdorong, diriku dan temanku terpisah. Dengan spontan aku melejitkan badan mungilku ke depan. Para akhwat itu berbicara bahasa arab. entah apa yang banyak mereka perbincangkan. Yang jelas inti pembicaraan mereka bahwa yang lulus tahun ini belum bisa mendaftar karena belum ada ijazah. Degggg~ aku pun merasa. Tapi aku masih tetap saja PD dengan membawa surat keterangan mangikuti ujian nasional dari sekolah dan transkip rapot aku bisa mendaftar. Tepat pukul 8 musyrifah kampus LIPIA keluar. Beliau menyapa kami dengan ramah. Logat arabnya yang fasih memberitahukan pada kami bahwa formulir pendaftaran yang ada ditangannya akan di bagikan dengan syarat antrean tertib. Alhamdulillaaah selama 2 jam aku menunggu akhirnya tiba juga saatnya. Semua akhwat itu antusias ingin berbaris paling depan. Aku menyelipkan badan mungilku ke sela sela barisan dan akhirnya formulir itu dapat ku genggam di tangan. Aku pun segera keluar barisan dan bergegas mengambil pena dari dalam tas ku untuk mengisi formulir itu. Sambil menunggu temanku yang masih mengantri, ku ucap bismillaah lalu ki isi dengan rapi formulir itu. Rasanya aku bisa tersenyum lega walaupun belum selesai perjuanganku disitu. Selang beberapa menit teman ku pun berhasil mendapatkan formulir itu. Lalu ia mengisinya dan kami pun siap untuk mengantri kembali.

Antrean pun kembali dibuka untuk menyeleksi berkas pendaftaran yang telah kami bawa. Aku pun besyukur karena bisa dapat antean di depan. Dan aku pun bisa segera masuk aula pendaftaran lipia. Sambil berjalan menuju aula itu, melewati kelas kelas khayalan pun terlintas lewat, alangkah bersyukurnya jika aku bisa diterima disini. Akhirnya aku pun sampai dan aku duduk tenang. Musyrifah disana menegaskan kembali dengan bahasa Arabnya yang indah. “bagi yang belum mendapat ijazah silahkan keluar kembali” tegasnya. Aku pun sedikit gemetar, ku colek pendaftar disampingku, “ukhti lulus tahun ini? Sudah ada ijazah?” “ohh saya lulus tahun kemarin, saya sudah dua kali mencoba mendaftar.” Jawabnya dengan ramah. Ku tanya kembali, “ukhti saya belum dapat ijazah tapi saya bawa nilai rapot , gimana ya?” “saya kurang tau ukhti tapi tadi dibilang yang belum ada ijazah belum bisa. Coba dulu saja ukhti nanti ketika maju ditanyakan.” Jawabnya meyakinkan. “ohh gitu yaa ukh, baik syukron ukhti.” Jawabku sedikit lega walaupun masih deg deg-kan. Akhirnya antreanku sampai juga. Aku pun maju. Kaki ku gemetar bibirku terkatup rapat. Seorang ustadzah yang cantik itu menyapaku ramah dengan bahasa arabnya yang indah.
“assalaamu’alaikum, masmuki?’”
“ismii Maqdhiah ‘abdillah” jawabku gugup.
“min aina anti?” tanya nya lagi.
“ana min jaakarta al januubiyah” jawabku belepotan.
“aina syahaadatuki?” tanya nya tentang berkas ku yang tidak ada ijazah.
Deg deg deg “jawab apaan nih?” dalam hati kecilku ingin menjerit.
“ ‘afwan, syahaadatii lam takhruj ustadzaah.” Jawabku gemetar mataku mulai membinar ingin menangis.
“’afwan yaa thaalibah, tafaddhalii, an tujarribii fii sanah al qaadim” jawabnya sambil senyum padaku, aku lupa apa bahasa arab lengkapnya, intinya aku disuruh mencoba tahun depan.
“hasanaan ustadzaah, ‘afwan jazaakillaah khayr” jawabku sesak.
Aku pun keluar ruangan air mataku pun spontan membasahi pipi. Rasanya aku ingin berteriak. namun bisikkan itu datang, istighfar mungkin ada maksud Allah yang lain dibalik semua ini. Tak bisa ku bayangkan 2 jam aku mengantri, desak desakkan, ternyata jalan ku bukan disini. Aku pun mencoba meredam tangisanku. Aku pun ikuti bisikkan itu untuk segera istighfar. Sampai keluar kampus aku menemui teman ku yang ternyata juga senasib denganku.

Dalam perjalanan pulang dengan hari penuh kecewa, aku pun beristighfar mungkin ada kejutan Allah yang lain di balik ini semua. Aku berdoa, aku hanya ingin belajar islam melalui kuncinya yaitu bahasa arab. aku ingin lingkungan yang kondusif islami, aku ingin mendapat teman-teman seperti akhwat-akhwat yang tadi aku jumpai.
Hari demi hari pun berlalu, aku pun mulai mencari teman dan tempat belajar bahasa arab untuk persiapan ku tes Lipia tahun depan. Aku bilang ke mama ku, “ma, maaf yaa kak dhiah di tolak lipia tahun ini, belum tes saja sudah di tolak ma-_-. Mama doain yaa”
“mama sih terserah kamu saja mama Cuma bisa doain yang terbaik buat kamu.” Jawab mama dengan senyuman manisnya.

Selang beberapa hari setelah tragedi di tolaknya diriku /plaaak~ sekolah pun mengeluarkan pengumuman Lulus. Aku pun tak hadir saat pengumuman karena suasana hariku masih tidak enak. Aku pun Cuma berdoa semoga aku lulus. Aamiin. Hingga siang tak ada yang mengabari ku, aku lulus atau tidak. Aku pun bertanya pada salah seorang temanku. “ada yang gak lulus gak?” teman ku menjawab “alhamdulillaah dhiah lulus 100 %” “alhamdulillaaah, ku ekspresikan rasa syukurku di rumah. Rasa nya pengumuman lulus sekolah terakhir ini tak begitu spesial seperti sekolah-sekolah ku yang lalu. Aku lebih santai mungkin karena aku udah galau duluan. Hhehe~

Tanggal 9 Juni 2015 itu adalah tanggal yang dinanti nanti temanku yang mendaftar di perguruan tinggi negeri. Mereka heboh deg degan sama seperti diriku sebulan yang lalu. Aku memang mendaftar di PTN tapi aku tak berharap penuh hanya sekedar ikut ikutan. Saat pengumuman pun aku sedang sibuk mengurus acara workshop tadabbur Quran di organisasi remaja Quranic Generation. Paket data internetku sedang off saat itu. Mama dan bapak ku juga tidak tahu aku daftar PTN. yang mereka tahu aku hanya daftar beasiswa bidikmisi. Setelah 3 hari pengumuman itu berlalu. Aku bertemu salah seorang teman ku. Dan dia memberi tahuku kabar baik ini. Bahwa nama ku terdaftar sebagai Mahasiswa Baru di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Orang-orang banyak menjulukinya kampus Hijau.aku masuk di fakultas Bahasa dan Seni tepatnya Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Jakarta. Awalnya aku tak percaya mungkin hanya candaan karena ingin menghiburku setelah di tolak Lipia. Namun dia meyakinkan ini serius dhiah, coba kamu cek di internet. Hati kecilku berkata “alhamdulillaah jika benar, apa ini maksud Allah aku belum bisa mendaftar Lipia kemarin? Ahh rasanya tidak mungkin kalo aku di terima itukan kampus negeri. Aku pun ingin membuktikan kata teman ku itu dengan penasaran aku pun mencoba buka web pengumuman tersebut. Ternyataa ALHAMDULILLAAH BINI’MATIHI TATIMMUSSHAALIHAAT nama ku tertera disitu. Hatiku penuh warna warni rasa entah senang, sedih, haru, sekaligus bingung. Walaupun aku tak pernah menginginkan diterima disitu setidaknya oarang tuaku senang aku bisa diterima di universitas itu. Itu yang membuatku senang dan bersyukur mungkin ini kejutan Allah untuk aku dan kedua orang tuaku. Aku pun mulai istikhoroh untuk meyakinkan pilihanku ini. Ternyata hatiku semakin mantap. Aku pun mulai melangkahkan kaki ku ke universitas itu. Mengurus segala berkas yang diperlukan.

24 Agustus 2015 adalah hari pertama aku memulai aktifitas baruku. 3 hari aku mulai beradaptasi dengan kampus baru itu juga teman-teman baruku. Maa syaa Allah untuk kesekian kalinya aku malu dan juga bersyukur karena Allah mengabulkan doa ku waktu itu. Di universitas ini banyak ku temukan Akhwat berhijab yang menjulur panjang, akhwat bercadar, dan yang membuat ku kagum akhlaq mereka yang mempesona. Disini aku diperkenalkan dengan teman-teman yang sholihah, disini aku mulai terbuka tentang politik islam, dan disini di jurusan bahasa dan sastra Arab aku bisa memperdalam kunci belajar ilmu islam yaitu bahasa arab. disini aku bisa belajar dari pribadi biasa menjadi luar bisa. Yaa itu dari sosok orang-orang yang telah berhijrah disekitarku. Disini kutemukan sebuah liqo yang isinya ada mulai dari belum berjilbab, hingga memutuskan berhijab, dan belajar Al Quran. Disini kutemukan ikatan ukhuwah yang erat. Disini kutemukan dakwah tanpa diskriminasi harokah. Disni kutemukan semua agen dakwah tidak hanya dari kalangan ilmu syar’iyyah namun seluruh fakultas teknik, MIPA, Bahasa dan Seni, pendidikan, keolahragaan semua menjadi satu belajar islam dan mendakwahkan islam. Benar suatu maqolah yang berkata siapapun diri kita, kita adalah da’i. Mau apapun itu guru kah, polisi kah, dokterkah, arsitek kah, yaa apapun itu. 

Mungkin ini jawaban Allah aku diterima disini agar aku bisa mengambil banyak pelajaran. aku pun tidak boleh menyi-nyiakan kesempatan baik yang Allah berikan pada ku ini. selama aku disini aku dapat mengambil pelajaran bahwa yang membedakan kuliah dan sekolah yaitu, jika di sekolah banyak yang beranggapan bahwa yang mendapat nilai bagus berarti dia pintar. Tapi tidak untuk kuliah. Yang mendapat nilai bagus adalah dia yang rajin. Jika sekolah banyak yang mendapat nilai bagus tapi banyak pula yang tidak dari hasil sendiri. Beda seperti kuliah nilai bagus diperolah dari hasil kerja keras sendiri tidur tengah malam begadangin makalah, observasi, penelitian, dan teruntuk jurusanku yang diwajibkan menghafal mufradat. Itu semua hasil sendiri karena tidak mungkin bisa mencontek. Ujian pun sunyi tanpa ada bisik bisik. Belajar bicara di depan umum dengan presentasi oleh kita dari kita dan untuk kita. Belajar berdiskusi disini wawasan kita mulai terbuka. Belajar mandiri. Dan di kampus ini aku merasakan bagaimana susahnya mencari uang. Banyak mahasiswa yang mengajariku untuk mulai berdagang. Aku pun mulai membuka usaha dagang nasi bakar. Alhamdulilaah setidaknya walaupun tak seberapa rasanya puas sekali kalau bisa mendapat uang hasil sendiri. Teman temanku juga ada yang berjualan sosis, martabak, kriuk. Apapun itu. Dunia kampus itu tidak mengenal kata ‘gengsi’ apapun itu asalkan baik dan halal, lakukan. Disela sela waktu kosongku di kampus seringkali ku temukan di sudut masjid kampus tengah, depan selalu ada akhwat yang tilawah ba’da sholat. Kuperhatikan tiap jam waktu dhuha sesekali ada kahwat yang melaksanakan sunnah dhuha. Sebuah halaqah quran, dan kajian islam yang rutin dilaksanakan. Tak hanya akhwat saja, aku pun terheran di kampus negeri umum tenyata masih banyak kaum adam yang taat. Jam sholat di masjid UNJ sebut saja Masjid Nurul Irfan selalu penuh. Teringat saat MPA seluruh MABA yang muslim diwajibkan berkerudung. Pantaslah jika kampus ini disebut kampus tarbiyah, kampus perjuangan, building future leader. Ya yang kita kenal dengan kampus hijau identik warna hijau itu islam. 

Aku pun mulai senang berada di kampus ini. Termikasih yaa Allah Engkau telah menjawab tangisanku selama ini dengan bayaran yang tak ku duga-duga. hasil tangisanku  6 bulan pertama, alhamdulillaaah. Aku pun teringat kata teman MTs ku ‘Belum nangis, Belum Belajar’.  Terimakasih Yaa Rabb atas AnugerahMu aku mendapat IPK 3.77. mungkin hasil tangisan atas usahaku tak ada apa apanya tanpa doa orang tuaku yang selalu menyertaiku, doa doa orang-orang yang menyayangiku. Terimakasih semoga Allah membalas beribu kebaikkan untuk kalian semua. Doakan aku untuk bisa lebih baik dan menyelesaikan target ku selanjutnya. Aamiin~

*Pesan singkat, jangan pernah kecewa atas segala sesuatu yang telah Allah tetapkan, kejuatan yang tak disangka akan Allah berikan pada mu. Teruslah mengemis doa orang tuamu dan semua orang. Usaha dan doa kita saja tak cukup untuk menggetarkan ArsNya. Mungkin dari doa orang tuamu atau orang-orang disekitarmu lah yang membuat keinginanmu di kabulkan. Tetaplah semangaat terus belajar, hormati guru, amalkan ilmu yang di dapat, perbanyak teman.

Terimakasih telah menyempatkan membaca ocehan liburan ku kali ini..
Semoga bermanfaat yaa sobb ^_^)9

Sabtu, 16 Januari 2016

Ternyata Ini Dia Jawabannya~

Assalaamu'alaikum, hollaa~
Ceritanya malam ini saya bingung mau tulis apa?._. Tapi udah lama saya belum berbagi sesuatu lewat tulisan saya, apapun isinya semoga bisa bermanfaat ya, aamiin~
Ali bin Abi thalib RA pernah bilang, semua manusia itu akan mati, hanya tulisannya yang abadi, maka tulislah sesuatu yg dapat membuatmu bahagia di akhirat nanti.

Tak jarang diantara kita setelah selesai mengerjakan soal, kmeudian bilang gini "ihh kok lupaa yak? padahal udah belajar tadi. seharusnya tadi jawab ini, itu.. bla bla blaa.."  kenpa? kenpa? /sambil pasang wajah lebay.-.

saya ingin bercerita tentang ilmu. Ilmu itu tidak murah, untuk mendapatkannya memerlukan perjuangan besar, biaya yang banyak, dan waktu yang panjang. Ketika Allah telah memberi kita nikmat belajar janganlah pernah kita sia siakan.

Sebuah syair dalam kitab ta'lim muta'allim berbunyi:
Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.”

Saya ingin bercerita ke belakang, dulu saat awal kita masuk TK kali pertamamya kita mengenal apa itu angka dan huruf, awal kita berlatih menulis hingga tertatih tatih. saya ingat guru tk saya saya mencontohkan sebaris lalu kita disuruh meniru tulisan itu 10 baris. Awal kita belajar membaca hingga mulut kita berbusa padahal tokoh yg dibaca tidak jauh hanya seputar ani, budi, dan wati. Awal kita dikenalkan huruf hijaiyah sampai menyebut huruf ر
Saja perlu pemanasan 'ular melingkar di pagar bundar' rrrrrrrrrr~ apa ibrah yg dapat kita ambil dari  masa kecil kita, ingatkah kita saat itu lebih bersemangat belajar, ingin berusaha membaca lancar, ingin menulis serapi mungkin sampai saat itu kita membuat garis tepi agar tulisan kita tetap lurus. Kita giat mengulang iqra di rumah agar cepat naik tingkat juz 'amma. Semua itu sebenarnya berat karena kita belajar dari awal. Tapi anehnya saat kita kecil kita begiiituuu semangat, begiitu tinggi tingkat ke-kepo-an kita, begituuu tinggi keyakinan kita untuk dapat nilai A atau 100. Semua itu kita lakukan enjoy tanpa mengeluh dan tak jarang ketika kita sampai di rumah langsung minta belajar lagi bareng orang tua kita. Kita belum tau apa tujuan kita belajar, yang kita tahu yaitu kita ingin melihat senyum bangga orang tua kita dan memeluk kita sambil berkata, anak ibu yang pintar, anak ayah yg hebat. Dan tak jarang dari kita ketika mendapat nilai 7 pun menangis dan kita sendiri berkata dalam hati besok nilai aku harus 100 biar ibu dan guruku suka sama aku. Dan benar benar bisa kita buktikan.

Saya hanya ingin memgambil sample saat kita TK kenapa? disitulah keikhlasan dan semangat terbesar kita. Sekarang kembali ke cerita awal. Ilmu itu luaaas. Sampai disebut dalam syair diatas berenanglah di lautan ilmu. Banyak kata kata bijak yg berkata jika ingin cepat mencapai tujuan jangan pernah menoleh ke belakang. Menurut saya kita perlu melihat ke belakang masa masa dimana kita dapat mengambil sisi semangat hidup kita. Motor dan mobil pun ketika ingin menuju suatu tempat, diperjalanan sesekali melihat ke belakang lewat kaca spion. Dalam menutut ilmu kita juga perlu membuka halaman belakang mengenai sejarah. Orang yang maju bukan hanya orang yang tatapannya lurus ke depan, tapi menurut saya orang yang maju adalah orang yang dapat melihat segala arah untuk diambil pelajaran. Yang akan diaplikasikan dalam kehidupan.

Ilmu itu cahaya, dan cahaya tidak akan masuk kedalam hati orang yang penuh dosa.  dalam menuntut ilmu pun kita harus memperhatikan akhlak kita. Baik akhak kita terhadap guru, maupun akhak kita pada media ilmu itu sendiri yaitu kitab/buku.

Saya ingin kembali lagi bercerita ke belakang. Kali ini saya mengambil sample tingkat SD. Ingatkah saat dulu kita bersekolah di tingkat SD kita amat memperhatikan akhlak kita terhadap guru. Padahal kita belum paham betul apa makna hormat. Tapi kita dengan mudahnya mengerti bahwa ketika bertemu guru kita harus sapa dan bersalaman, ketika di dalam kelas kita tidak berani meletakkan air minum diatas meja dengan alasan meja gurunya gaada minum jadi kita ikut tidak meletakkan minum. Saat pembelajaran di kelas kita semua memperhatikan dengan baik terkadang kita aktif bertanya kenapa? Kok? Bagaimana? Ternyata dulu kita lebih kritis. Saat awal masuk kelas kita duduk rapi menunggo komando salam dari ketua kelas. Saat SD rasa hormat pada guri pun sangat nampak jelas. Berbeda dengan sekarang yg bertemu guru tak memberi salam, saat di kelas ada guru malah mengobrol, seenaknya minum dan makan di depan guru yg menerangkan. Mirisss~ dan saya ingat dulu saat SD tidak hanya akhlak pada guru saja yang amat diperhatikan, tapi akhlak kita terhada kitab/buku juga seperti buku yang rapi tersampul, kita takut kalau meletakkan buku di bawah dsb. Tapi di saat sekarang kita duduk di bangku perkuliahan tak jarang ada yg meletakkan bukunya di bawah bangku. Buku yg banyak coretan curhay dsb.

Ketika kita telah memperhatikan adab kita terhadap ilmu, ilmu itu sendiri in syaa Allah akan mudah kita serap, dan kita amalkan. Sekarang terjawablah kenapa kita susah saat ulangan padahal sudah belajar? Kenapa kita susah mempraltikan ilmu yg kita pelajari? Saya kira jawabannya sudah jelas. Mungkin kita kurang memerhatikan adab kita terhadap ilmu. Baik akhlaq kita kepada guru, maupun cari kita menjaga kitab/buku yang kita pelajari.

Akhir dari ocehan saya malam ini, ilmu itu akan terasa nanfaatnya saat kita telah bisa mengamalkan dan mengajarkan kembali ilmu itu sendiri. Perhatikan adab dan akhlaq kita dalam menututut ilmu.

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan mudahlan jalan baginya ke syurga.

Semangaaat, menuju.generasi cermat, cerdas dan berkualitas!!

Mqdhi_

Rabu, 23 September 2015

Belum nangis, belum belajar!

Assalaamu’alaikum sahabaat..

Sudah lama jemari ini kaku untuk mengetik. Setelah beberapa bulan lalu aku tak pernah menengok blog ku yang telah kusam ini. Kali ini aku ingin berbagi ceritaku selama aku tak memposting di blog ini. aku mengutip perkataan teman MTs ku, “kamu belum dianggap belajar jika kamu belum menangis.”  Ya. Memang seperti itu kaidahnya. /plaak~

Ujian Nasional telah banyak meyita waktu istirahatku. Tiap hari aku harus bertatap dengan angka dan simbol-simbol hitungan yang tak menentu.  Rasanya aku ingin cepat-cepat selesai. tiap pulang sekolah aku harus mengajar, dan ba’da isya aku harus setoran. Setelah itu hanya ada 2 pilihan tidur dahulu baru belajar, atau belajar dahulu baru tidur. Jika aku belajar hingga larut aku takut kesiangan. Jika aku tidur dahulu dan bangun lebih awal untuk belajar aku takut mengantuk di kelas. Karena ini salah satu sifat jelekku ‘pelor’ (baca: nempel molor)-__-. Akhirnya aku memilih untuk tidur dahulu, dan jam 3 aku bangun untuk belajar.  Saat itu ngantuk sekali, aku teringat kata seorang ustadzah agar belajar dan hafalan cepat masuk kamu ambil wudhu lalu sholat setelah itu baru belajar. Aku coba menirunya walaupun belum bisa istiqomah.alhamdulillah resep itu manjur.  Menjelang UN aku banyak mengoleksi soal walaupun yang aku coba tidak sampai 50 % bisa. Tiap hari aku bertanya pada teman cara mencari ini, cara mencari itu. Dalam hati rasanya otak ku payah sekali. Aku juga mengikuti les bimbel di luar. Rasanya aku ingin menangis saat semua sudah mengerti dan aku masih bertanya tanya ini bagaimana? Berbulan bulan aku lalui itu. Tiap bulan setidaknya aku dapat mengerti beberapa soal. Hingga sampai waktunya menjelang UN dari jumlah koleksi soal aku hanya bisa mengerjakan 60 %. Deg deg!! Dhiaaah ini H-7 UN kok masih gini gini aja? Aku sadar ini usahaku. Aku memang mampu hanya segitu. Aku berharap setidaknya 60 % itu aku mengerti walaupun jawabanku tidak benar. Tiap malam aku curhat, Aku menagis isak. Aku tahu ini kapasitas otakku di bagian eksak. Namun 1 tekadku saat itu walaupun UN ku tak cemerlang UAMBN ku harus cemerlang terutama nilai bahasa Arab.  Allah akan memberika apa yang aku butuh. Aku butuh pemahaman untuk mengerjakan soal UN. dan aku butuh nilai bagus untuk pelajaran bahasa Arab Alhamdulillaaaah lega rasanya saat pengumuman lulus pun tercantum namaku, dan nilai bahasa Arab ku sesuai target yang ku harapkan. tapi perjuangan dan doa ku tidak boleh berhenti sampai disini. Kehidupan yg lebih tajam akan kembali ku lalui.

Setelah UN berlalu selang beberapa minggu di buka pendaftaran LIPIA. Aku sangat merindukan LIPIA sejak MTs. Karena itu aku sangat antusias dengan bahasa arab. setiap ada lomba pidato, aku harus ikut. Setiap ada kartun aku dubbing dengan bahasa arab. sekali lagi aku sadar yang aku butuh itu bahasa arab bukan LIPIA. Aku butuh bahasa arab agar aku dapat memahami pesan pesan dari ayat cintaNya. Aku butuh bahasa arab agar bisa mempelajari agama islam. Aku butuh bahasa arab karena aku ingin mengajar bahasa arab. Allah maha tahu apa yang kita butuh. Hingga sampai pada saatnya LIPIA belum berjodoh dengan ku. Aku belum sempat test disana. Tapi saat itu aku belum bisa daftar. Aku sedih dan ini membuatku berfikir, apa maksud Allah di balik semua ini? Jika aku di lipia baru bisa tahun depan aku siap harus mati matian belajar bahasa arab 6 bulan kedepan ini. Dan aku sudah meniatkan masuk ma’had dzin nuroin. Tapi Allah punya rencana yang lebih baik. Ternyata hasil keisenganku daftar PTN disitulah jalan Allah untukku. Aku tak pernah menyangka nama ku ada di salah satu perguruan tinggi favorit di jakarta. Kalian tau sendiri UN saja aku belajar sampai jungkir balik. Dan tak pernah terlintas pikiranku masuk PTN. aku tak pernah membuka hasil pengumuman. Aku di beri tahu temanku 3 hari setelah pengumuman SNMPTN. Alhamdulillaaah alhamdulillaaah alhamdulillaaah... aku bingung aku harus sedih atau bahagia. Aku sedih karena belum bisa ke LIPIA tapi aku bahagia karena orang tua ku bahagia.ibuku memelukku dengan bangga. Hasil usahaku mempertahankan nilai bahasa arab terbayar. Tangis bahagia pun keluar  karena kejutan Allah 3 tahun lalu terjawab sekarang. Aku masuk di jurusan yang aku inginkan ‘bahasa dan sastra Arab Universitas Negeri Jakarta’. Tangisanku tiap malam terjawab sekarang. Sekarang aku yakin masih ada kejutan lain yang Allah siapkan di balik ini. Lingkungan islami yang ku harapkan, ternyata di UNJ pun Allah kabulkan. Allah memberikanku teman-teman yang shalihah, organisasi dan komunitas yang mendukung bagi diriku. Alhamdulillaah bini’matihi tatimmusshaalihaat.. terimakasih pada kedua orang tuaku karena semua ini atas dorongan  doa kalian, pada keluarga, sahabat-sahabatku, teman-teman, kucing-kucingku dan semuanyaa.

Sedikit pesan yang dapat aku sampaikan, kita belum di anggap belajar jika kita belum menangis. Saat kita sudah lelah belajar hingga isak tangis pun keluar yakinlah ada Allah yang akan memudahkan kita. Fikiran positif akan menjadi energi positif bagi diri kita. Allah sesuai prasangka hambaNya berprasngka baiklah selalu pada Allah dan diri kita sendiri. Terakhir Allah memberikan apa yang kita butuh bukan apa yang kita ingin. Yang kita inginkan blm tentu baik untuk kita. Tapi ketika kita menerima apa yang Allah inginkan bagi kita in syaa Allah itu sudah pasti baik untuk kita tinggal bagaimana kita menjalankannya teruslah dekati Allah lalu ia akan memberikan apa yang kita inginkan. Jalinlah ukhuwah dimana saja, mungkin salah satu doa dari mereka yang membuat apa yang kita butuh dan inginkan Allah kabulkan.

Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca ocehan ku kali ini, Kritik dan saran sangat aku harapkan, semoga dapat menginspirasi. Doakan aku terus agar dapat merealisasikan target ku selanjutnya, karena ini baru awal dan aku masih perlu banyak belajar.

Jazaakumullaah khairan katsiiran~

Arigatou Gozaimasu ^^)v

Selasa, 30 Juni 2015

Terjajah

Terjajah

Saat semua anak muda bisa berkumpul dengan gembira
Saat para anak muda bersena-senang dengan kemewahan dunia
Saat para wanita berlomba lomba dengan kecantikkannya
Saat para pejabat sedang menikmati kekayaannya
Tak berfikirkan kita bahwa itu semua fana?
Tak berfikirkah kita bahwa semua kesenangan itu sia sia?
Tak terbesitkah kita akan malangnya saudara kita yang di luar sana?
Gazaa gazaaa ohh gazaa..
Negeri para syuhada
Negeri nan jauh dimata hati para manusia
Negeri yang telah berhasil membeli syurgaNya
Terlahir di tanah mu para penjaga Ayat CintaNya
Terlahir di tanahmu para Bidadari Syurga
Terlahir di tanahmu para pengemban amanah dakwahNya
Terlahir di tanahmu para mujahid dan mujahidah
Mereka memang tak menikmati keindahan dunia..
Mereka tak perduli dengan semua kesenangan dunia..
Kesengsaraan tak mereka rasa..
menurut mereka kesengsaraan adalah  kesenangan yang abadi ketika bisa syahid di JalanNya
Apakah kita tidak resah bahwa kita telah terjajah?
Terjajah namun tak terasa
Tak adakah yang ingin ambil pelajaran dari para  mujahid gaza?
Masihkah ada pemuda yang ingin berjuang untuk agamaNya?
Sudah tidak adakah lagi pemuda yang mencita –citakan syahid di jalanNya?
bangunlah pemuda..
bangkitlah..
kobarkan api jihad mu membela agamaNya..
akan lebih pedih ketika kita terjajah tapi tak terasa..
ohh gazaa perjuangan mu memberi kami pelajaran penuh makna..

by: mqdhi_




Sabtu, 28 Februari 2015

Impian

Bismilaahirrahmaanirraahiim...

Sahabat apa itu masa depan?
Apakah itu masa terindah saat kita berhasil mencapai suatu impian?
Hidup adalah sebuah tujuan. Apa tujuan kita hidup di dunia?
Jangan sampai hidup di dunia hanya sebagai tempat numpang ngeluh saja. Jangan sampai adanya kita atau tidaknya kita di dunia sama saja. Masing-masing individu pasti punya impian. Impian bukanlah sekedar impian di alam bawah sadar kita. Impian bukan pula angan angan belaka yang tak dapat di genggam tangan. Impian adalah saat kita tercipta ke dunia usiamu menginjak dewasa pikiranmu terbuka dan berfikir untuk menata hidup lebih sempurna dengan mengharapkan ridho-Nya menjadi apa yang engkau suka semata-mata untuk penganbdianmu sebagai hambaNya dan dapat membahagiakan serta menebar manfaat untuk orang-orang tercinta. Sebelum kita lahir ke dunia, kita adalah sebuah impian yang diimpikan oleh orang tua kita. Sang ibu saat mengandung mengimpikan semoga dapatmelahirkan anak yang sholih dan sholihah. Sang ayah di setiap sujud malamnya mengimpikan anaknya terlahir di duniasemoga dapat  menjadi generasi peradaban bangsa. Dan setelah kita terlahir di dunia, apa kita hanya diam saja? Duduk termenung tanpa punya tujuan. Bersenda gurau tanpa ada kemanfaatan? Tidak kah ingin kita merealisasikan mimpi kita? Mimpi ibu dan ayahanda kita?

Sahabat, kita adalah sebaik baik makhluk ciptaanya. Ahsani taqwiim. Apa mimpimu? Tuliskan dan wujudkan! Yakinlah bahwa kita bisa karena ada Allah di setiap usaha kita. Allah sudah menjadikan semua urusan kita mudah. Fainnama’al ‘usri yusraa, innama’al ‘usri yusraa. Apa yang membuatnya sulit? Yang membuat kita sulit untuk merealisasikannya adalah pikiran kita,  shodaqallah wa kadzzaba ‘aqluk. Allah pasti benar dan pikiranmu lah yang bohong. Allah sudah mengatakan bahwa semuanya mudah, tapi pikiran kita membohongi kita dengan sugesti “ahh gabisa, gamampu, gabakat”. Sahabat, jangan sampai ada satu kata negatif bagi diri kita. Tanamlah kata kata positif yang dapat membakar semangat kita.

Tercapainya mimpi yang besar berawal dari sebuah usaha yang besar. Apa hanya usaha saja? Tidak. Mimpi yang besar juga berawal dari sebuah doa yang besar. Diantara kalian pasti ada yang ingin menjadi seorang dokter. Saya punya contoh ada seorang dokter spesialis kandungan  beliau juga seorang hafizhah. Sebut saja namanya Dr Dewi Kusuma Sp.Og.  masa muda beliau, beliau gigih dalam belajar. Disela kegigihan beliau belajar, beliau juga gigih dalam menghafal. Dan tidak ada waktu yang terbuang secara Cuma-Cuma. Semua ia manfaatkan untuk dunia dan juga akhiratnya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun pernah memaparkan bahwa syarat menuntut ilmu itu ada 6 yaitu, kecerdasan, minat yang besar, kesabaran, biaya yang banyak, penjelasan guru, dan waktu yang panjang. Dr. Dewi beliau dapat menjadi seorang dokter dengan usaha yang besar, ia manfaatkan kecerdasan yang telah Allah berikan padanya, dengan yakin ia berdoa, lalu ia dapat menjadi seorang dokter juga karena biaya yang banyak, penjelasan guru serta waktu yang panjang. Semua akan Allah permudah sesuai janjinya baik itu biaya waktu ataupun caranya. Kita tinggal usaha yang besar dan doa yang banyak. Berdoapun jangan hanya mengandalkan doa kita saja. Mintalah doa pada orang tua kita terutama ibu kita. Guru-guru kita. Bahkan semua orang. Karena kita tak pernah tau doa dari lisan siapa yang akan Allah kabulkan.

Sahabat, kita boleh bermimpi besar. Kita memang harus bersemangat untuk bisa merealisasikannya. Tapi yang menjadi catatan apakah mimpi besar kita hanya untuk di dunia saja? Bukan kah dunia hanya halte transit sebelum kita memasuki kehidupan yang abadi kelak. sahabat cobalah kita kembali merenung. Apa tujuan awal Allah menciptakan kita? Kholaqal jinna wal insa illaa liya’buduun. Allah menciptakan kita semata mata untuk beribadah kepadanya. Dalam ayat lain ada sebuah kisah  ada manusia yang menginginkan kebahagiaan di dunia saja. ada pula manusia yang cerdas meminta pada Allah untuk kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah waqinaa ‘adzaabannaar. Boleh kita bermimpi besar untuk dunia tapi besar pula tujuannya untuk akhirat. Seorang yang bermimpi menjadi dokter tujannya untuk beribadah pada Allah dalam urusan menolong manusia. Seseorang yang menjadi guru tujuannya mengajarkan ilmu yang Allah berikan untukberibadah dalam  mencerdaskan anak bangsa. Seseorang yang menjadi pengusaha dagang menggunakan hartanya di jalan Allah untuk saling tolong menolong dalam bermuamalah dengan sesama. Semua cita cita besarmu tanamkan tujuan baik dengan niat semata mata beribadah pada Allah.semua mimpi besarmu akan  bermanfaat bukan hanya di dunia saja tapi juga sebagai pembekalanmu di akhirat kelak. Karena masa depan yang pasti itu bukan di dunia.

Berikut tips meraih mimpi dunia dan akhirat :
1.      Designlah hidupmu
2.       Bekerja keras
3.       Fokus pada kekuatan
4.       Tebar kebaikan
5.       Jangan mudah menyerah
6.       Belajar sepanjang usia
7.       Dan yang terutama ibadah dan doa.

Sekarang tuliskan dalam selembar kertas putih bertintakan merah, peta tujuan hidupmu, posisimu di dunia sebagai apa? Apa saja mimpi yang akan kamu capai? Apa tujuanmu setelah mimpimu tercapai. Tempel tulisanmu di dinding kamarmu. Baca setiap waktu. Tanamkan tekad dalam hatimu. Pikirkan setiap tindakanmu agar tidak ada waktumu yang terpakai untuk hal hal semu.

Jika saat ini dirimu menjadi pasien, yakinlah suatu saat engkau dapat mengobati pasien.

Jika saat ini dirimu menjadi murid, yakinlah suatu saat engkau bisa mengajarkan murid.

Jika saat ini dirimu membaca tulisan orang lain, yakinlah suatu saat tulisanmu akan dibaca oleh orang lain.

Jika saat ini dirimu mengerjakan soal ujian nasional, yakinlah suatu saat dirimu yang akan membuat soal ujian nasional.

Selamat menghadapi ujian untuk sahabat seperjuangan, tulisan ini semoga dapat mengingatkan ku dan kalian. Bahwa kita in syaa Allah bisa mencapai suatu impian.

Menajadi Apa yang kita suka, bahagiakan orang-orang tercinta, dan pastinya semoga selalu di ridhoi Allah ta’ala. Aamiin~

Rabu, 18 Februari 2015

Demi Allah Aku Cinta

DEMI ALLAH AKU CINTA - FITRA

Pencipta : FITRA ROMADHONA

Kusemaikan kata2 cinta
Dr hati yg terlukis nama
Dlm sukma dlm jiwa
Ku ikhlaskan takdirku didunia

Jika kau restukan ku dengannya
Tak ada cinta yg mampu berpisah 
Saat ini hingga mati 
Kuingin tuk cinta yg abadi

Reff : 

Demi Allah aku cinta
Demi rasul benar2 cinta
Kusebut namanya disetiap doa
Diatas sajadah aku meminta

Demi Allah aku cinta 
Demi rasul sungguh2 cinta
Tak berharap selain padaMu
Maha cinta diatas segala cinta 
(Demi Allah aku cinta