Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan
(Shoutul Harokah)
Ku arungi
samudera kehidupan, ku menyelam hingga dasarnya, dan ku temukan apa itu sebuah
perjuangan. Aku mengembara dari tiap sudut kehidupan, hingga ku temukan betapa
indahnya sebuah keberagaman. Aku berjuang di tengah waktu yang kian berlari
kencang agar ku dapat menemui titik akhir dari sebuah perjuangan. Ya perjuangan
yang diawali dengan sebuah pengorbanan.
Semester
ke-2 yang penuh arti. Walaupun ku sering meraibkan diri dari sebuah lembaran
yang bernamakan presensi. Ku dapati teman-teman yang semangatnya membara api. Hingga
ku berfikir apa manfaatnya diri ini?
Banyak ku
temukan orang-orang yang berbaik hati dan budi pekerti. Tapi jarang kutemukan orang-orang
pemberani yang peduli. Aku teringat sebuah kata dari orang bijak bahwa
kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.
Dan aku pun langsung teringat perkataan Ali bin Abi Thalib RA bahwa kejahatan
itu ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya
orang-orang baik.
Di semester
ke-2 ini aku belajar banyak dari sebuah pengalaman. Pengalaman yang ku dapati
dari orang-orang hebat di sekelilingku. Di tengah mata kuliah yang padat dan materi
yang ku bilang sangat rumit, ternyata banyak kutemui segelintir orang-orang pemberani
yang peduli. Mereka yang rela berpanas-panasan menulusuri jalan dan sudut kota demi
tersampaikannya sebuah amanah bangsa. Namun amat disayangkan ketika perjuangan
mereka banyak dicemooh dari berbagai pihak tidak hanya pihak kiri, namun juga
pihak kanan. Aku mengerti bahwa setiap orang mempunyai persepsi, ya tapi
persepsi itu hanya untuk dirinya sendiri bukan untuk menghalangi perjuangan
suci ini. Dulu pun aku ada di posisi mereka yang apatis, yang menganggap bahwa
itu hal sia-sia. Namun di semester-2 ini aku pun paham bahwa itu bukan hal
sia-sia tapi suatu hal yang mulia. Mereka beranggapan cari ini salah. Cara ini
sama saja menjelekkan pemerintah dan dalam agama ini tidak boleh. Aku paham apa
yang mereka bicarakan, dan aku juga dulu berfikiran yang sama dengan mereka.
tapi aku tahu mereka berkata demikian karena mereka belum mengenal langkah perjuangan
ini sama seperti diriku dulu. Saat di semester-2 ini aku akhirnya mengerti bahwa
cara mereka sebelum turun tidak seburuk apa yang dicemoohkan. Sebelum mereka
turunpun mereka telah melakukan perizinan, dan negosiasi pun dilakukan
baik-baik. Untuk apa bermai-ramai? Pertanyaan ini pun tak jarang terlontarkan. Ya
karena bermai-ramai adalah suatu bentuk dukungan bahwa hal ini tidak main-main.
Dan dengan bermai-ramai adalah suatu langkah untuk membangun opini bahwa kita
mempunyai hak untuk menyalurkan pendapat seperti halnya UUD Pasal 28E. Dan yang
ku kagumi dari sebuah langkah perjuangan ini, aku baru baru tahu sebelum mereka
turun mereka tak hanya mempersiapakan argumen yang kuat tapi juga asupan rohani
yang kuat. Ku perhatikan orang-orang hebat di sekelilingku yang melakukan sholat
Dhuha sebelum turun memohon doa dengan begitu khusyuk, tak hanya itu tak jarang
ku lihat mereka membuka lebaran mushafnya seolah melihat intruksi dari RabbNya.
Saat di tengah perjuangan pun ku teringat syuhada Badr yang senantiasa mengingat
RabbNya, mereka pun tak lupa sholat awal waktu ketika adzan telah
dikumandangkan walaupun mereka harus berjamaah di tengah jalan. Dari sinilah
aku mulai mengenal langkah perjuangan. Dan aku pun layak menyebutnya langkah
perjuangan suci.
Dalam Al-Quran pun telah disampaikan sebuah kisah Nabi Musa
AS dengan Fir’aun, yang di mana Fir’aun terkenal dengan ‘malikan zhaaliman’
pada masanya. Allah pun mengintruksikan pada Nabi Musa dalam ayat Cintanya
surat An-Nazi’at : 17
إِذْهَبْ إلَى فِرْعَوْنَ وَإِنَّهُ طَغَى ﴿١٧﴾
“Pergilah
engkau kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melewati batas.” (An-Anazi’at :
17)
Dari
ayat ini mengajarkanku bahwa kita sebagi manusia juga perlu mengingatkan ‘Raja’
kita. Zaman semakin berkembang, dan kita bukanlah nabi musa yang Allah berikan
sebuah mukjizat. Cara pun banyak yang dapat kita lakukan. Bisa duduk di
parlement, mengirim surat, membuat petisi, sampai melakukan aksi. Dalam hal ini
pun semua teratur sesuai batas-batasnya tak seperti pemberitaan media yang
selalu mencoreng langkah perjuangan ini.
Dalam
hadits Rasulullah SAW juga menjelaskan, dari Abu Said Al-Khudri r.a berkata: Aku mendengar
Rasulullah s.a.w bersabda:
من رأى منكرًا فليغيره
بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان
“Barangsiapa
yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya,
sekiranya dia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan sekiranya dia tidak mampu
(juga), maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah keimanan.”
(Riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya dari hadis Abu Said r.a).
Negara
kita adalah negara demokrasi, di mana rakyat mempunyai kehendak tertinggi. Kita
tidak bisa merubah sistem hierarki yang telah ditetapkan. Islam turun sebagi
rahmat untuk semesta alam. Islam turun untuk mengatur hidup kita agar kita
terarah. Karena Allah juga telah menyampaikan pada kekasihnya sebuah pesan kita
cinta untuk kita dalam QS. Al-Baqarah
208 :
يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْا ادْخُلُوْا فِى
السِّلْمِ كَآفَّةً ۖ
“ Wahai
orang-orang beriman masuklah ke dalam islam secara keseluruhan...” (QS.
Al-Baqarah : 208)
Dari ayat ini pun Allah memberitahu kita bahwa dalam
kehidupan masukkanlah ajaran-ajaran islam di dalamnya secara menyeluruh. Menyeluruh
di sini mayoritas ulama menjelaskan bahwa dalam hidup itu tuntunan kita adalah
Al-Quran dan Hadits. Dalam setiap aspek kita harus menyelipkan nilai-nilai
islam di dalamnya. Baik dalam aspek ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Islam
mengatur kita untuk dapat mencapai kesejahteraan dalam hidup.
Aku pun tersadar kembali akan urgensi ayat cinta-Nya pada QS;
Al-Baqarah 30 :
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَللآئِكَةِ إِنَّيْ جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيْفَةًۗ
قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسَدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُلَكَ ۗ
أَعْلَمُ مَالاَ تَعْلَمُوْنَ قَالَ
إِنِّيْ
“
Dan ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di
bumi. Mereka berkata, ‘apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?’ Dia berfirman: ‘sungguh aku mengetahui sedangkan kamu tidak
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:30)
Ayat
ini pun memeberitahu kita bahwa sesungguhnya kita adalah seorang pemimpin
minimal untuk diri kita sendiri. Semester-2 inilah aku menyadri bahwa begitu
pentingnya berorganisasi. Rasulullah pun bersabda bahwa “sebaik baik manusia
adalah yang paling memberi manfaat bagi yang lain”. Di semester-2 inilah aku
belajar memimpin diriku sendiri mulai mengatur waktu belajar, berorganisasi,
berdakwah, dan berbakti. Walaupun ku yakin belum sepenuhnya totalitas tapi
seiring berjalannya waktu tekad itu akan ku bulatkan. Aku pernah mendengar
sebuah kata dari orang hebat di sekitarku, bahwa kita tidak bisa memangkas
waktu kita untuk ibadah, kita tidak bisa memangkas waktu kita untuk belajar,
kita tidak pula bisa memangkas waktu kita untuk berdakwah, kita tidak pula bisa
memangkas waktu kita untuk berbakti pada ke dua orang tua kita, namun, hanya
satu waktu yang dapat kita pangkas yaitu waktu tidur dan istirahat kita. Ku teringat
sebuah status FB temanku yang mengingatkan bahwa sejatinya termpat istirahat
kita yaitu ketika kita telah pulang ke surga. Dan aku pun teringat sebuah motto
hidup dari seorang Ketua BEM Fakultas bahwa berlelah-lelah lah dirmu, karena
tidur yang paling nyenyak adalah saat kau lelah. Dan ini telah ku buktikan
disaat lelah ternyata tidur itu begitu nikmat.
Di semester-2
inilah aku belajar menjadi seorang legislator yang katanya gabut tidak ada
kerjaan yang jelas. Perlu diketahui legislatif adalah badan yang bekerja tanpa
diketahui bahwa ia bekerja. setelah ku ikuti pelatihan legislatif ternyata
menjadi seorang legislator itu begitu berat. Ia bekerja sebagai perwakilan
mahasiswa. Ia menjalankan 4 fungsi yaitu konstitusi, budgeting, aspirasi, dan
pengawasan.
Semester-2
yang mengajarkanku untuk memulai sebuah pengalaman baru. Pengalaman yang akan
ku petik ibrah di dalamnya untuk ku ceritakan dan ku ajarkan nanti pada anakku.
Pengalaman yang mengajarkanku betapa pentingnya sedetik waktu. Pengalaman yang
menamparku bahwa amanahku sesungguhnya adalah menuntut ilmu maka dari itu aku
harus belajar membagi waktu. Mentorku berkata janganlah minta Allah untuk
meringankan pundak kalian, tapi mintalah wahai Allah kuatkanlah pundak kami.
Karena
Allah telah memotivasi kita dalam ayat cintaNya QS, Muhammad 7 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ
تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 7)
Ayat ini seolah olah menjadi reminder bahwa ketika kita
meolong agama Allah, akan Allah akan menolong kita. Dan aku berharap ayat ini
bisa menjadi acuan sebagai penyemangat bahwa Allah akan menolong IP kita dan
kelulusan kita. Aamiin. Janji Allah Ini pun telah ku saksikan diantara orang-orang hebat di sekelilingku yang telah
Allah teguhkan diri mereka.
semester-2 ini telah membuka wawasanku untuk tidak
mengotal-kotakan sesiatu, tapi jadilah lingkaran yang menyambung segala
sesuatu.
Tulisan ini ku tulis untuk mengisi waktu liburku, guna
ketika aku sampai pada masa futur aku dapat membacanya kembali sebagai
penyemangatku. Semoga Allah ridho dengan aktivitasku selama di semester-2 ini.
terimakasih kepada saudari-saudari baru ku, serta kakak-kakak tangguh di
belakang sana yang telah memberiku pelajaran berharga ini. dan terimakasih yang
telah meluangkan waktunya untuk membaca ocehan baru liburanku kali ini. semoga
manfaat yang ada pada tulisan ini bisa menjadi pemberat timbangan amalku nanti.
See you on the next my write~
Wassalaamu’alaikum~