Sabtu, 25 Juni 2016

Semester Dua

Mengarungi samudera kehidupan

Kita ibarat para pengembara

Hidup ini adalah perjuangan

Tiada masa tuk berpangku tangan

(Shoutul Harokah)

                Ku arungi samudera kehidupan, ku menyelam hingga dasarnya, dan ku temukan apa itu sebuah perjuangan. Aku mengembara dari tiap sudut kehidupan, hingga ku temukan betapa indahnya sebuah keberagaman. Aku berjuang di tengah waktu yang kian berlari kencang agar ku dapat menemui titik akhir dari sebuah perjuangan. Ya perjuangan yang diawali dengan sebuah pengorbanan.
                Semester ke-2 yang penuh arti. Walaupun ku sering meraibkan diri dari sebuah lembaran yang bernamakan presensi. Ku dapati teman-teman yang semangatnya membara api. Hingga ku berfikir apa manfaatnya diri ini?
                Banyak ku temukan orang-orang yang berbaik hati dan budi pekerti. Tapi jarang kutemukan orang-orang pemberani yang peduli. Aku teringat sebuah kata dari orang bijak bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Dan aku pun langsung teringat perkataan Ali bin Abi Thalib RA bahwa kejahatan itu ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik.
                Di semester ke-2 ini aku belajar banyak dari sebuah pengalaman. Pengalaman yang ku dapati dari orang-orang hebat di sekelilingku. Di tengah mata kuliah yang padat dan materi yang ku bilang sangat rumit, ternyata banyak kutemui segelintir orang-orang pemberani yang peduli. Mereka yang rela berpanas-panasan menulusuri jalan dan sudut kota demi tersampaikannya sebuah amanah bangsa. Namun amat disayangkan ketika perjuangan mereka banyak dicemooh dari berbagai pihak tidak hanya pihak kiri, namun juga pihak kanan. Aku mengerti bahwa setiap orang mempunyai persepsi, ya tapi persepsi itu hanya untuk dirinya sendiri bukan untuk menghalangi perjuangan suci ini. Dulu pun aku ada di posisi mereka yang apatis, yang menganggap bahwa itu hal sia-sia. Namun di semester-2 ini aku pun paham bahwa itu bukan hal sia-sia tapi suatu hal yang mulia. Mereka beranggapan cari ini salah. Cara ini sama saja menjelekkan pemerintah dan dalam agama ini tidak boleh. Aku paham apa yang mereka bicarakan, dan aku juga dulu berfikiran yang sama dengan mereka. tapi aku tahu mereka berkata demikian karena mereka belum mengenal langkah perjuangan ini sama seperti diriku dulu. Saat di semester-2 ini aku akhirnya mengerti bahwa cara mereka sebelum turun tidak seburuk apa yang dicemoohkan. Sebelum mereka turunpun mereka telah melakukan perizinan, dan negosiasi pun dilakukan baik-baik. Untuk apa bermai-ramai? Pertanyaan ini pun tak jarang terlontarkan. Ya karena bermai-ramai adalah suatu bentuk dukungan bahwa hal ini tidak main-main. Dan dengan bermai-ramai adalah suatu langkah untuk membangun opini bahwa kita mempunyai hak untuk menyalurkan pendapat seperti halnya UUD Pasal 28E. Dan yang ku kagumi dari sebuah langkah perjuangan ini, aku baru baru tahu sebelum mereka turun mereka tak hanya mempersiapakan argumen yang kuat tapi juga asupan rohani yang kuat. Ku perhatikan orang-orang hebat di sekelilingku yang melakukan sholat Dhuha sebelum turun memohon doa dengan begitu khusyuk, tak hanya itu tak jarang ku lihat mereka membuka lebaran mushafnya seolah melihat intruksi dari RabbNya. Saat di tengah perjuangan pun ku teringat syuhada Badr yang senantiasa mengingat RabbNya, mereka pun tak lupa sholat awal waktu ketika adzan telah dikumandangkan walaupun mereka harus berjamaah di tengah jalan. Dari sinilah aku mulai mengenal langkah perjuangan. Dan aku pun layak menyebutnya langkah perjuangan suci.
Dalam Al-Quran pun telah disampaikan sebuah kisah Nabi Musa AS dengan Fir’aun, yang di mana Fir’aun terkenal dengan ‘malikan zhaaliman’ pada masanya. Allah pun mengintruksikan pada Nabi Musa dalam ayat Cintanya surat An-Nazi’at : 17
إِذْهَبْ إلَى فِرْعَوْنَ وَإِنَّهُ طَغَى ﴿١٧﴾
“Pergilah engkau kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melewati batas.” (An-Anazi’at : 17)
Dari ayat ini mengajarkanku bahwa kita sebagi manusia juga perlu mengingatkan ‘Raja’ kita. Zaman semakin berkembang, dan kita bukanlah nabi musa yang Allah berikan sebuah mukjizat. Cara pun banyak yang dapat kita lakukan. Bisa duduk di parlement, mengirim surat, membuat petisi, sampai melakukan aksi. Dalam hal ini pun semua teratur sesuai batas-batasnya tak seperti pemberitaan media yang selalu mencoreng langkah perjuangan ini. 

Dalam hadits Rasulullah SAW juga menjelaskan,  dari Abu Said Al-Khudri r.a berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: 

من رأى منكرًا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, sekiranya dia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan sekiranya dia tidak mampu (juga), maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah keimanan.” (Riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya dari hadis Abu Said r.a). 

Negara kita adalah negara demokrasi, di mana rakyat mempunyai kehendak tertinggi. Kita tidak bisa merubah sistem hierarki yang telah ditetapkan. Islam turun sebagi rahmat untuk semesta alam. Islam turun untuk mengatur hidup kita agar kita terarah. Karena Allah juga telah menyampaikan pada kekasihnya sebuah pesan kita cinta untuk kita dalam QS. Al-Baqarah  208 :
يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَآفَّةً ۖ
“ Wahai orang-orang beriman masuklah ke dalam islam secara keseluruhan...” (QS. Al-Baqarah : 208)
Dari ayat ini pun Allah memberitahu kita bahwa dalam kehidupan masukkanlah ajaran-ajaran islam di dalamnya secara menyeluruh. Menyeluruh di sini mayoritas ulama menjelaskan bahwa dalam hidup itu tuntunan kita adalah Al-Quran dan Hadits. Dalam setiap aspek kita harus menyelipkan nilai-nilai islam di dalamnya. Baik dalam aspek ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Islam mengatur kita untuk dapat mencapai kesejahteraan dalam hidup.
Aku pun tersadar kembali akan urgensi ayat cinta-Nya pada QS; Al-Baqarah 30 :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَللآئِكَةِ إِنَّيْ جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسَدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُلَكَ ۗ
 أَعْلَمُ مَالاَ تَعْلَمُوْنَ  قَالَ إِنِّيْ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, ‘apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman: ‘sungguh aku mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:30)
Ayat ini pun memeberitahu kita bahwa sesungguhnya kita adalah seorang pemimpin minimal untuk diri kita sendiri. Semester-2 inilah aku menyadri bahwa begitu pentingnya berorganisasi. Rasulullah pun bersabda bahwa “sebaik baik manusia adalah yang paling memberi manfaat bagi yang lain”. Di semester-2 inilah aku belajar memimpin diriku sendiri mulai mengatur waktu belajar, berorganisasi, berdakwah, dan berbakti. Walaupun ku yakin belum sepenuhnya totalitas tapi seiring berjalannya waktu tekad itu akan ku bulatkan. Aku pernah mendengar sebuah kata dari orang hebat di sekitarku, bahwa kita tidak bisa memangkas waktu kita untuk ibadah, kita tidak bisa memangkas waktu kita untuk belajar, kita tidak pula bisa memangkas waktu kita untuk berdakwah, kita tidak pula bisa memangkas waktu kita untuk berbakti pada ke dua orang tua kita, namun, hanya satu waktu yang dapat kita pangkas yaitu waktu tidur dan istirahat kita. Ku teringat sebuah status FB temanku yang mengingatkan bahwa sejatinya termpat istirahat kita yaitu ketika kita telah pulang ke surga. Dan aku pun teringat sebuah motto hidup dari seorang Ketua BEM Fakultas bahwa berlelah-lelah lah dirmu, karena tidur yang paling nyenyak adalah saat kau lelah. Dan ini telah ku buktikan disaat lelah ternyata tidur itu begitu nikmat.

Di semester-2 inilah aku belajar menjadi seorang legislator yang katanya gabut tidak ada kerjaan yang jelas. Perlu diketahui legislatif adalah badan yang bekerja tanpa diketahui bahwa ia bekerja. setelah ku ikuti pelatihan legislatif ternyata menjadi seorang legislator itu begitu berat. Ia bekerja sebagai perwakilan mahasiswa. Ia menjalankan 4 fungsi yaitu konstitusi, budgeting, aspirasi, dan pengawasan.
Semester-2 yang mengajarkanku untuk memulai sebuah pengalaman baru. Pengalaman yang akan ku petik ibrah di dalamnya untuk ku ceritakan dan ku ajarkan nanti pada anakku. Pengalaman yang mengajarkanku betapa pentingnya sedetik waktu. Pengalaman yang menamparku bahwa amanahku sesungguhnya adalah menuntut ilmu maka dari itu aku harus belajar membagi waktu. Mentorku berkata janganlah minta Allah untuk meringankan pundak kalian, tapi mintalah wahai Allah kuatkanlah pundak kami.
Karena Allah telah memotivasi kita dalam ayat cintaNya QS, Muhammad 7 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 7)
Ayat ini seolah olah menjadi reminder bahwa ketika kita meolong agama Allah, akan Allah akan menolong kita. Dan aku berharap ayat ini bisa menjadi acuan sebagai penyemangat bahwa Allah akan menolong IP kita dan kelulusan kita. Aamiin. Janji Allah Ini pun telah ku saksikan diantara  orang-orang hebat di sekelilingku yang telah Allah teguhkan diri mereka.

semester-2 ini telah membuka wawasanku untuk tidak mengotal-kotakan sesiatu, tapi jadilah lingkaran yang menyambung segala sesuatu.

Tulisan ini ku tulis untuk mengisi waktu liburku, guna ketika aku sampai pada masa futur aku dapat membacanya kembali sebagai penyemangatku. Semoga Allah ridho dengan aktivitasku selama di semester-2 ini. terimakasih kepada saudari-saudari baru ku, serta kakak-kakak tangguh di belakang sana yang telah memberiku pelajaran berharga ini. dan terimakasih yang telah meluangkan waktunya untuk membaca ocehan baru liburanku kali ini. semoga manfaat yang ada pada tulisan ini bisa menjadi pemberat timbangan amalku nanti.

See you on the next my write~
Wassalaamu’alaikum~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar