Senin, 17 Juni 2013

Belajar Dari Burung Beo

Assalaamu'alaikum wr. wb

Kringgg.... kringg........... kring............
Alarm pun berbunyi menunjukkan fajar telah datang. Ahmad pun terbangun dari tidurnya. Segera ia mgambil air wudhu dan pergi menuju masjid. masjid yang tak jauh dari rumahnya. ya, hanya beberapa langkah saja dari pintu rumahnya.

Lantunan adzan pun telah berkumandang.
Allahu Akbar.. Allaaaahu Akbar ...
ketika hendak keluar rumah, Ahmad terkejut mendengar burung beo peliharaannya mengikuti lantuna adzan. "Subhaanallah" ujar Ahmad dalam hatinya.

Setelah pulang sholat berjamaah di masjid, Ahmad hendak memberi makan memberi makan beonya. tak lama kemudian, terdengar suara. Roti.. roti... roti.. roti....
tukang roti lewat depan rumahnya. Burung beo Ahmad tak sengaja mengikuti suaranya.
"MasyaaAllah, beo ini memang pintar, tidak ada salahnya jika aku ajarkan ia mengucap Tahlil" fikir Ahmad. Ahmad pun mencoba idenya.

"Laa Ilaaha Illallaaah"
1-2-3--- dst Ahmad mengulang. Perlahan demi perlahan, subhanallaah beo itu dapat mengikutinya.
Ahmad terkaget dan bersyukur kegirangan.
Ahmad pun menyebarkan kabar tentang beonya ini kepada keluarga, dan kerabatnya.

Hari demi hari kerabat Ahmad datang untuk melihat aksi beo Ahmad tersebut. Bahkan, ada diantara mereka yang ingin membelinya dengan harga tinggi. Ahmad menolak semua tawaran mereka. karena telah terlanjur sayang terhadap beonya itu.

Hingga pada suatu hari, Burung beo Ahmad sakit. Mungkin karena Ahmad terlalu fanatik mempertunjukkan aksi beonya tersebut. hingga membuat beo itu sakit.
1-2-3-- hari beonya tidak mau makan.

Pagi itu, seperti biasa, ketika Ahmad pulang  Masjid. Ahmad ingin memberi makan beo itu. Namun, naas. Beo itu hanya mengeluarkan suara 'ngik.. ngkik..' dan tak lama setelah itu beo itu mati.

Ahmad mengangis menyaksikannya. Salah seorang temannya pun menghampirinya dan bertanya. "mengapa engkau menangisi kematian beo mu dengan begitu sedihnya? bukan kah ia hanya seekor burung?"
" Ya. sebab, beo ini telah opandai mengucap kalimat Laa ilaaha Ilaallaah" jawab Ahmad. "hanya karna itu? bukankah jika engkau memiliki beo yang baru kau dapat ajarkan yang sama terhadap beo itu?" tanya sekaligus saran dari temannya. "hhh, ya. memang. tapi, yang kutangisi bukan karna beo ini telah pandai mengucap laa ilaaha illaaallah dan sekarang ia mati. tapi beo ini telah mengajarkan ku. aku menangisinya karna aku berfikir. Seekor burung beo yang mahir mengucap tahil tersebut mati hanya mengeluarkan suara 'ngik.. ngik' bukan kalimat laa ilaaha ilaallaah. ya.itu karena beo itu hanya pandai mengucap tanpa mengetahui memaknai kalimat tersebut. Aku takut, jika ajal ku telah datang, aku seperti beo ini tidak dapat mengucap tahlil saat sakratul mautku. "Jelas Ahmad. Temannya pun tecengang mendengar jawaban Ahmad. Ait matanya pun ikut menetes haru karenanya.

Subhaanallah, intinya tidak hanya mengucap tapi kita juga mesti menghayati makna dari kalimat tesebut. ya kalimat tahlil yang di maksud disini. Yaa Allah mudahkanlah lisan kami untuk mengucap Laa Ilaaha IllaAllah saat Izrail datang menjemput kami. Dan bimbinglah lisan kami agar senantiasa basah dengan pujian-pujian agungmu serta dapat memaknai kalimat pujian itu..
Aamiinn Allaahummaa aamiin :')

Mohon maaf readers jika terlalu pendek dan engga bagus.. hhehe. ini ana dapat dari cuplikan tutur hati ustzah Halimah Alaydrus yang ana rombak dengan alur cerita :')
Syukron jaziilan kulluhum :)

Tunggu CerMi (Cerpen Islami) ana berikutnya yaa ^^,

Wassalaamu'alaikum wr. wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar