Detik waktu terus berjalan. Hari demi hari telah dilalui.
Awan gelap dan terang silih berganti. Wahai Sang pembolak balik hati, hanya
Engkaulah yang dapat mendeteksi jeritan
hati. Saat kita berada di atas, suatu saat kita akan turun juga. Saat kita
berlari kencang terkadang kita akan terjatuh juga.
Aku ingin sedikit bercerita melalui goresan tinta. Ini
cerita tentang seorang gadis. Gadis yang ceria, dan mempunyai semangat yang
berkobar tinggi. Aku tidak ingin menyebut siapa gadis itu. gadis yang mempunyai
semangat tinggi dalam hatinya, ceria dalam melewati hari-harinya, ya. Itu dulu.
Saat ia belum terjatuh. Kini ia sedang terpuruk. Mungkin sekitar 2 tahun
belakangan ini. Aku merasakan bahwa dalam hatinya ada rasa ingin bangkit namun,
ia belum mampu. Semangat di hatinya kian memudar. Keceriaan dari wajahnya hari
demi hari hamper tak terlihat. Rasanya aku ingin sekali mendekapnya. Namun
diriku tak bisa. Aku aku tahu di dalam hatinya ia sedang butuh perhatian. Ia
butuh seorang yang dapat menyemangatinya melewati keterpurukkan yang
dialaminya. Terutama ia sangat ingin sekali disemangati oleh kedua orang
tuanya.
Dulu, aku satu sekolah dengannya. Hari-hariku, ku lalui
bersamanya dengan penuh ceria. Setelah saat kelulusan tiba. Target nilai yang
kami citakan Alhamdulillah tercapai. Saat aku dan dirinya ingin masuk SMA yang
sama-sama kami cita-citakan, namun dirinya tak dapat dukungan dari orang
tuanya. Aku tahu saat itu rasanya ia ingin sekali memberontak. Namun tak bisa.
Dan dalam hatinya ia yakin mungkin sekolah itu menurut Allah bukanlah yang
terbaik untuknya. Ia berusaha sabar menerima takdir dari-Nya. Walaupun deras
air mata mengalir membasuh pipinya.
Kemudian, ia dan kedua orang tuanya memutuskan untuk
meneruskan belajarnya ke Pesantren. Ia menjalani kehidupan barunya di
pesantren. Dimana disana bahasa Arab yang digunakan dalam percakapan
sehari-harinya. Ia sangat suka itu. semangatnya sedikit demi sedikit mulai
berkobar.
Waktu demi waktu seakan-akan berlari begitu cepatnya.
Masalah satu dan yang lain mulai datang. Lalu pergi, datang lagi, lalu pergi
lagi, datang lagi, lagi, lagi, hingga konsentrasi belajarnya mulai terpecah.
Semangatnya yang berkobar kian memadam. Batinnya perih. Hingga sering kali ia
jatuh sakit. Hari demi hari telah berlalu pergi. Hingga waktu pun menjawab.
Proses belajarnya di pesantren itu tak bisa berlanjut lama. Ya hanya 7 bulan.
Orang tuanya memutuskan untuk memindahkan dirinya dari pesantren itu ke sekolah
formal. Sedih, sedih, sedih bercampur oleh kebingungan yang luar biasa ia
rasakan saat itu. di saat dirinya masih ingin belajar di pesantren itu, saat ia
ingin sekali bisa lancar berpidato bahasa Arab, saat ia bertekad ingin
membahagiakan kedua orang tuanya setelah tamat dari penjara suci itu, namun ia
kembali terpuruk untuk yang kedua kalinya. Ia harus pindah dari penjara suci
yang ia tinggali. Kini ia kembali berserah pada-Nya. Mungkin jalan Allah
selanjutnya lebih baik dari yang telah ia lewati.
Sekarang, ia masuk sekolah formal pilihan orang tuanya.
Mungkin inilah yang terbaik untuknya. Aku rasa hatinya memang sanggup menerima
semua ini hanya saja ia belum mampu menghadapinya. Saat ini ia merasakan sepi
yang menghiasi hari-harinya. Ia berkumpul dengan keluarga hanya pada malam hari
itupun sebentar. Prestasinya di sekolah yang baru ini menurun. Dulu rapotnya
yang Allah hiasi dengan peringgkat 3 besar. Sekarang belum dapat ia renggut
kembali hiasan itu. dulu yang tiap harinya ceria sekarang hanya termenung.
Dalam hatinya ia berteriak mengatakan ia ingin bangkit semangat seperti dulu.
Ia tak ingin mengecewakan orang yang ia sayangi terutama kedua orang tuanya.
Namun, tak ada yang bisa mendengar jeritan hatinya. Ia hanya mampu bersandar
pada-Nya. Mohon perlindungan-Nya. Menghapus air mata yang melinggkari pipinya.
Dan mengubur dalam-dalam rasa keputus asaannya.
Saat ini, datang seorang lelaki yang menghiasi harinya.
Lelaki sholeh yang ingin mengenalnya. Lelaki yang menghiasi kata-katanya dengan
lantunan nasehat untuknya. Mungkin lelaki ini tidak tahu apa yang telah
dialaminya. Lelaki ini datang seperti wasilah dari Allah sebagai penyemangat
untuk dirinya. Lelaki ini seakan-akan tau keperihan yang ia rasakan dalam
hatinya. Lelaki ini menghiasi hatinya yang sepi dari siraman semangat.
Menghiasi hatinya dengan ayat cinta-Nya yang memotivasi dirinya yang ia padu
dalam kidung tausyiahnya. Mungkin ini cara Allah untuk menghibur dirinya.
Menghiburnya disaat ia kurang perhatian lebih dari orang tuanya. Disaat
fisiknya sekarang mulai sakit-sakitan. Lelaki ini datang mengajarinya untuk
lebih mengenal dan mencintai Al-Quran. Setiap kata untuk dirinya selalu ia
hiasi dengan ayat cinta-Nya. Lelaki ini telah berhasil membuat gadis itu
berfikir kedepan. Lelaki ini telah berhasil membuat gadis itu lebih semangat
menjalani kehidupannya yang sekarang. Aku mengistilahkan perasaan kedua insan
ini bagaikan gunung es yang berada di dalam samudera. Begitu kecil yang
terlihat tapi sejatinya begitu besar. Gadis ini amat sangat bersyukur pada-Nya.
Telah menghadirkan dirinya yang kini menemaninya dalam semu dan membimbingnya
dalam syahdu walaupun entah sampai kapan. Setidaknya gadis ini bisa bangkit dan
berusaha untuk merenggut prestasinya kembali. Semangat jihad untuk melukiskan
senyuman di wajah orang tuanya dan orang-orang yang ia sayangi.
Waktu pun terus berjalan, disatu sisi Allah juga mengirimkan
seorang sahabat yang sholehah untuk dirinya. Aku turut senang setidaknya ada
yang dapat menyemangatinya kembali. Ya mungkin ini hikmah yang Allah tuliskan
melalu pena kehidupan untuknya. Sahabat sholehah yang memotivasinya dengan
Al-Quran juga. Sahabat yang begitu semangat membimbingnya dalam kebaikkan.
“inikah
cara Allah agar aku lebih mendekatkan diri pada-Nya?
Menghapus
segala kerisauan hati akibat selama ini aku telah jauh dari-Nya?
Sehingga
Ia mengirimkan orang-orang pilihan-Nya untukku.
Sehingga
Ia menuntunku untuk menanamkan ayat-ayat cinta-Nya melalui orang-orang yang
dicintai-Nya.
Ya. Ini
adalah pena kehidupanku yang Ia telah rencanakan dengan sebaik-baiknya rencana.
Inilah cara Allah untuk membangkitkan semangatku, melindungiku dari keputus
asaan.” jeritan syahdu ynag terbalut
syukur dari gadis itu. tepatnya sahabatku.
Sekarang, gadis itu lebih paham bahwa penyesalannya selama
ini sia-sia. Penyesalan itu hanya membuatnya sakit batin maupun fisiknya. Jalan
yang Allah tentukan pasti baik untuknya. Dan untuk kita juga. Hanya saja
bagaimana cara kita dapat menjalaninya. Hikmah atas keterpurukkan akan datang
begitu indah pada waktunya. Mungkin ia belum menemukan dukungan dari ke dua
orang tuanya namun sekarang ia yakin bahwa doa orang tuanya lebih dari dukungan
yang ia harapkan. Dan sekarang ia tambah yakin bahwa Allah selalu mendukung dan
menyemangatinya dalam dekapan kasih saying-Nya. Berusaha lebih dekat dengan
Allah, mencintai kekasih-Nya (SAW), dapat menghapus segala keresahan dalam
harinya. Dan dalam hati kita juga. Yang datang dalam hidup kita semua milik
Allah ia bisa datang dan pergi, semoga datang membawa manfaat pergipun
meninggalkan manfaat. Kita sebagai insane ynag di amanahkan hanya dapat
menjaganya. Dan Allah lah sebaik-baiknya penjaga.
Gadis
itu melukiskan kata bahwa “Hidup itu
bagaikan sakit sariawan, yang tidak akan sembuh jika makan yang manis-manis.
Namun, akan cepat sembuh jika diobati dengan obatnya yang pahit.”
“Waktu masih panjang. Semoga Allah selalu menuntunku dan
kalian, semoga diriku dan kalian dapat menggunakan waktu secara produktif,
semoga aku dapat merenggut prestasi lagi dan kalian pun juga begitu, semoga
kita semakin mendekatkan diri pada-Nya, kita sama sama belajar untuk
memantaskan diri pada-Nya untuk seorang imam yang telah disiapkan-Nya, aku
dapat masuk universitas yang ku cita-citakan LIPIA tepatnya, dan kalian pun
juga, kita sama sama jihad meraih mimpi dan cita-cita kita, semoga diri ku dan
diri kalian dapat sama-sama melukiskan senyuman bangga di wajah orang tua dan
orang-orang yang kita sayangi. Aamiin~” doa yang penuh harapan dan motivasi
dari gadis itu untukku dan kalian yang membaca tulisan ku ini.
Aku tahu tulisan ku ini tidak sarat makna. Mungkin kalian
sang pembaca beropini tulisan ini hanya menceritakan tentang keputus asaan
seorang sahabatnya. Tulisan ini sejatinya belum berakhir sampai sini. Karna
endingnya ada diantara doa ku dan kalian untuk gadis yang ku ceritakan ini.
Entah happy ending atau unhappy ending. Semoga kita dapat melihatnya nyata
dengan happy ending. Aamiin Allaahumma aamiin~
Saat ini yang ku tahu gadis ini akan terus mencoba untuk
berusaha…. Berusaha….. berusaha….. dan berusaha…………
Siapakah gadis itu?
Dia adalah………………………………………………………………………………………………..
Ya. Dia adalah sahabat seperjuanganku, dan kalian.