Senin, 17 Maret 2014

Pena Kehidupan



Detik waktu terus berjalan. Hari demi hari telah dilalui. Awan gelap dan terang silih berganti. Wahai Sang pembolak balik hati, hanya Engkaulah yang dapat mendeteksi  jeritan hati. Saat kita berada di atas, suatu saat kita akan turun juga. Saat kita berlari kencang terkadang kita akan terjatuh juga.

Aku ingin sedikit bercerita melalui goresan tinta. Ini cerita tentang seorang gadis. Gadis yang ceria, dan mempunyai semangat yang berkobar tinggi. Aku tidak ingin menyebut siapa gadis itu. gadis yang mempunyai semangat tinggi dalam hatinya, ceria dalam melewati hari-harinya, ya. Itu dulu. Saat ia belum terjatuh. Kini ia sedang terpuruk. Mungkin sekitar 2 tahun belakangan ini. Aku merasakan bahwa dalam hatinya ada rasa ingin bangkit namun, ia belum mampu. Semangat di hatinya kian memudar. Keceriaan dari wajahnya hari demi hari hamper tak terlihat. Rasanya aku ingin sekali mendekapnya. Namun diriku tak bisa. Aku aku tahu di dalam hatinya ia sedang butuh perhatian. Ia butuh seorang yang dapat menyemangatinya melewati keterpurukkan yang dialaminya. Terutama ia sangat ingin sekali disemangati oleh kedua orang tuanya.

Dulu, aku satu sekolah dengannya. Hari-hariku, ku lalui bersamanya dengan penuh ceria. Setelah saat kelulusan tiba. Target nilai yang kami citakan Alhamdulillah tercapai. Saat aku dan dirinya ingin masuk SMA yang sama-sama kami cita-citakan, namun dirinya tak dapat dukungan dari orang tuanya. Aku tahu saat itu rasanya ia ingin sekali memberontak. Namun tak bisa. Dan dalam hatinya ia yakin mungkin sekolah itu menurut Allah bukanlah yang terbaik untuknya. Ia berusaha sabar menerima takdir dari-Nya. Walaupun deras air mata mengalir membasuh pipinya.

Kemudian, ia dan kedua orang tuanya memutuskan untuk meneruskan belajarnya ke Pesantren. Ia menjalani kehidupan barunya di pesantren. Dimana disana bahasa Arab yang digunakan dalam percakapan sehari-harinya. Ia sangat suka itu. semangatnya sedikit demi sedikit mulai berkobar.

Waktu demi waktu seakan-akan berlari begitu cepatnya. Masalah satu dan yang lain mulai datang. Lalu pergi, datang lagi, lalu pergi lagi, datang lagi, lagi, lagi, hingga konsentrasi belajarnya mulai terpecah. Semangatnya yang berkobar kian memadam. Batinnya perih. Hingga sering kali ia jatuh sakit. Hari demi hari telah berlalu pergi. Hingga waktu pun menjawab. Proses belajarnya di pesantren itu tak bisa berlanjut lama. Ya hanya 7 bulan. Orang tuanya memutuskan untuk memindahkan dirinya dari pesantren itu ke sekolah formal. Sedih, sedih, sedih bercampur oleh kebingungan yang luar biasa ia rasakan saat itu. di saat dirinya masih ingin belajar di pesantren itu, saat ia ingin sekali bisa lancar berpidato bahasa Arab, saat ia bertekad ingin membahagiakan kedua orang tuanya setelah tamat dari penjara suci itu, namun ia kembali terpuruk untuk yang kedua kalinya. Ia harus pindah dari penjara suci yang ia tinggali. Kini ia kembali berserah pada-Nya. Mungkin jalan Allah selanjutnya lebih baik dari yang telah ia lewati.

Sekarang, ia masuk sekolah formal pilihan orang tuanya. Mungkin inilah yang terbaik untuknya. Aku rasa hatinya memang sanggup menerima semua ini hanya saja ia belum mampu menghadapinya. Saat ini ia merasakan sepi yang menghiasi hari-harinya. Ia berkumpul dengan keluarga hanya pada malam hari itupun sebentar. Prestasinya di sekolah yang baru ini menurun. Dulu rapotnya yang Allah hiasi dengan peringgkat 3 besar. Sekarang belum dapat ia renggut kembali hiasan itu. dulu yang tiap harinya ceria sekarang hanya termenung. Dalam hatinya ia berteriak mengatakan ia ingin bangkit semangat seperti dulu. Ia tak ingin mengecewakan orang yang ia sayangi terutama kedua orang tuanya. Namun, tak ada yang bisa mendengar jeritan hatinya. Ia hanya mampu bersandar pada-Nya. Mohon perlindungan-Nya. Menghapus air mata yang melinggkari pipinya. Dan mengubur dalam-dalam rasa keputus asaannya.

Saat ini, datang seorang lelaki yang menghiasi harinya. Lelaki sholeh yang ingin mengenalnya. Lelaki yang menghiasi kata-katanya dengan lantunan nasehat untuknya. Mungkin lelaki ini tidak tahu apa yang telah dialaminya. Lelaki ini datang seperti wasilah dari Allah sebagai penyemangat untuk dirinya. Lelaki ini seakan-akan tau keperihan yang ia rasakan dalam hatinya. Lelaki ini menghiasi hatinya yang sepi dari siraman semangat. Menghiasi hatinya dengan ayat cinta-Nya yang memotivasi dirinya yang ia padu dalam kidung tausyiahnya. Mungkin ini cara Allah untuk menghibur dirinya. Menghiburnya disaat ia kurang perhatian lebih dari orang tuanya. Disaat fisiknya sekarang mulai sakit-sakitan. Lelaki ini datang mengajarinya untuk lebih mengenal dan mencintai Al-Quran. Setiap kata untuk dirinya selalu ia hiasi dengan ayat cinta-Nya. Lelaki ini telah berhasil membuat gadis itu berfikir kedepan. Lelaki ini telah berhasil membuat gadis itu lebih semangat menjalani kehidupannya yang sekarang. Aku mengistilahkan perasaan kedua insan ini bagaikan gunung es yang berada di dalam samudera. Begitu kecil yang terlihat tapi sejatinya begitu besar. Gadis ini amat sangat bersyukur pada-Nya. Telah menghadirkan dirinya yang kini menemaninya dalam semu dan membimbingnya dalam syahdu walaupun entah sampai kapan. Setidaknya gadis ini bisa bangkit dan berusaha untuk merenggut prestasinya kembali. Semangat jihad untuk melukiskan senyuman di wajah orang tuanya dan orang-orang yang ia sayangi.

Waktu pun terus berjalan, disatu sisi Allah juga mengirimkan seorang sahabat yang sholehah untuk dirinya. Aku turut senang setidaknya ada yang dapat menyemangatinya kembali. Ya mungkin ini hikmah yang Allah tuliskan melalu pena kehidupan untuknya. Sahabat sholehah yang memotivasinya dengan Al-Quran juga. Sahabat yang begitu semangat membimbingnya dalam kebaikkan.
                “inikah cara Allah agar aku lebih mendekatkan diri pada-Nya?
                Menghapus segala kerisauan hati akibat selama ini aku telah jauh dari-Nya?
                Sehingga Ia mengirimkan orang-orang pilihan-Nya untukku.
                Sehingga Ia menuntunku untuk menanamkan ayat-ayat cinta-Nya melalui orang-orang yang dicintai-Nya.
                Ya. Ini adalah pena kehidupanku yang Ia telah rencanakan dengan sebaik-baiknya rencana. Inilah cara Allah untuk membangkitkan semangatku, melindungiku dari keputus asaan.”  jeritan syahdu ynag terbalut syukur dari gadis itu. tepatnya sahabatku.

Sekarang, gadis itu lebih paham bahwa penyesalannya selama ini sia-sia. Penyesalan itu hanya membuatnya sakit batin maupun fisiknya. Jalan yang Allah tentukan pasti baik untuknya. Dan untuk kita juga. Hanya saja bagaimana cara kita dapat menjalaninya. Hikmah atas keterpurukkan akan datang begitu indah pada waktunya. Mungkin ia belum menemukan dukungan dari ke dua orang tuanya namun sekarang ia yakin bahwa doa orang tuanya lebih dari dukungan yang ia harapkan. Dan sekarang ia tambah yakin bahwa Allah selalu mendukung dan menyemangatinya dalam dekapan kasih saying-Nya. Berusaha lebih dekat dengan Allah, mencintai kekasih-Nya (SAW), dapat menghapus segala keresahan dalam harinya. Dan dalam hati kita juga. Yang datang dalam hidup kita semua milik Allah ia bisa datang dan pergi, semoga datang membawa manfaat pergipun meninggalkan manfaat. Kita sebagai insane ynag di amanahkan hanya dapat menjaganya. Dan Allah lah sebaik-baiknya penjaga.
                 
Gadis itu melukiskan kata  bahwa “Hidup itu bagaikan sakit sariawan, yang tidak akan sembuh jika makan yang manis-manis. Namun, akan cepat sembuh jika diobati dengan obatnya yang pahit.”

“Waktu masih panjang. Semoga Allah selalu menuntunku dan kalian, semoga diriku dan kalian dapat menggunakan waktu secara produktif, semoga aku dapat merenggut prestasi lagi dan kalian pun juga begitu, semoga kita semakin mendekatkan diri pada-Nya, kita sama sama belajar untuk memantaskan diri pada-Nya untuk seorang imam yang telah disiapkan-Nya, aku dapat masuk universitas yang ku cita-citakan LIPIA tepatnya, dan kalian pun juga, kita sama sama jihad meraih mimpi dan cita-cita kita, semoga diri ku dan diri kalian dapat sama-sama melukiskan senyuman bangga di wajah orang tua dan orang-orang yang kita sayangi. Aamiin~” doa yang penuh harapan dan motivasi dari gadis itu untukku dan kalian yang membaca tulisan ku ini.

Aku tahu tulisan ku ini tidak sarat makna. Mungkin kalian sang pembaca beropini tulisan ini hanya menceritakan tentang keputus asaan seorang sahabatnya. Tulisan ini sejatinya belum berakhir sampai sini. Karna endingnya ada diantara doa ku dan kalian untuk gadis yang ku ceritakan ini. Entah happy ending atau unhappy ending. Semoga kita dapat melihatnya nyata dengan happy ending. Aamiin Allaahumma aamiin~

Saat ini yang ku tahu gadis ini akan terus mencoba untuk berusaha…. Berusaha….. berusaha….. dan berusaha…………
Siapakah gadis itu?

Dia adalah………………………………………………………………………………………………..
Ya. Dia adalah sahabat seperjuanganku, dan kalian.